Ilustrasi: BM Team |
Siniar.co - Memanfaatkan momentum memperingati malam Maulid Nabi Muhammad Saw. Senin, 12 Rabiul Awal 1446 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 16 September 2024 Banyuanyar Media Team merilis sebuah film pendek yang cukup menarik perhatian santri, alumni dan utamanya wali santri yang berjudul “Kèrèman”. Kurun waktu 3 jam, film tersebut telah mencapai seribu lebih penonton di kanal youtube Banyuanyar TV.
Film pendek Kèrèman merupakan karya dari anggota Banyuanyar Media Team (BMT) yang berlokasi di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) "Darul Ulum" Pondok Pesantren Banyuanyar, Pamekasan, Madura. Disutradarai oleh Subriadi Ismail dan naskah ditulis oleh Ach. Jalaluddin, film ini mengangkat tema yang sangat relevan dengan kehidupan santri, terutama mengenai hubungan antara wali santri dan kebijakan pesantren terkait penggunaan smartphone selama masa Kèrèman (kunjungan orang tua ke pesantren).
Sinopsis Singkat
Film Kèrèman bercerita tentang bagaimana kebijakan pesantren untuk melarang wali santri memberikan smartphone kepada anak-anaknya saat berkunjung. Meski kelihatannya sepele, kebijakan ini menyimpan dampak yang sangat penting baik untuk keberlangsungan pendidikan santri maupun dalam menjaga nilai-nilai kebersamaan di lingkungan pesantren. Film ini tidak hanya memberikan pandangan tentang aturan yang diterapkan, tetapi juga mengidukasi wali santri untuk memahami konsekuensi dari melanggar aturan tersebut.
Edukasi Kepesantrenan
Tema utama dari film ini adalah edukasi terhadap wali santri untuk menghormati aturan pesantren dan memahami pentingnya mematuhi kebijakan yang ada. Larangan memberikan smartphone kepada santri (anaknya) saat kunjungan wali santri (Kèrèman) memiliki beberapa dasar pertimbangan yang disoroti dalam film. Salah satunya adalah bagaimana penggunaan smartphone dapat mengganggu konsentrasi santri dalam belajar dan menjalani kehidupannya di pondok pesantren. Dalam setting pesantren yang ketat dalam menjaga fokus para santri terhadap pendidikan dan ibadah, smartphone dianggap sebagai distraksi besar yang bisa menghambat proses pembelajaran santri itu sendiri.
Film ini mengajak wali santri untuk tidak serta-merta memenuhi keinginan anak mereka untuk bermain smartphone, terutama pada saat kunjungan bulanan. Dengan durasi film yang singkat namun sarat makna, Kèrèman menyoroti betapa pentingnya kerja sama antara wali santri dan pihak pesantren dalam mendidik dan membentuk karakter santri.
Nilai-nilai Kebersamaan dan Penghargaan terhadap Orang Tua
Selain edukasi terhadap larangan smartphone, film ini juga mengangkat nilai penting lainnya: menghargai kerja keras orang tua. Melalui momen Kèrèman, anak-anak di pesantren seharusnya memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk bercengkerama dan menghargai pertemuan singkat dengan orang tua setelah berpisah selama sebulan. Sayangnya, banyak anak yang justru menghabiskan waktu tersebut dengan bermain smartphone. Hal ini tidak hanya mengurangi nilai kebersamaan, tetapi juga menunjukkan kurangnya rasa terima kasih atas pengorbanan orang tua yang telah bersusah payah mendukung pendidikan mereka di pesantren.
Film Kèrèman dengan jelas menyampaikan pesan moral bahwa momen Kèrèman adalah waktu yang berharga untuk memperkuat ikatan emosional antara orang tua dan anak. Dengan menghindari pemberian smartphone, momen kebersamaan ini bisa lebih bermakna dan mendalam.
Kritik Sosial terhadap Dampak Smartphone
Kèrèman juga memberikan kritik sosial yang halus mengenai dampak negatif penggunaan smartphone, terutama pada anak-anak di lingkungan pesantren. Dalam film ini digambarkan bahwa anak-anak yang terlalu sering bermain smartphone menjadi tidak betah di pondok pesantren, atau dalam istilah lokalnya, "tidak kerasan." Mereka kehilangan fokus belajar dan lebih banyak terdistraksi oleh hiburan yang ditawarkan oleh dunia maya. Akhirnya, hal ini tidak hanya merugikan anak secara pribadi, tetapi juga menggagalkan tujuan pendidikan pesantren yang bertujuan membentuk karakter santri yang disiplin dan mandiri.
Taat pada Aturan Pesantren
Pesan moral yang ingin disampaikan oleh film Kèrèman sangat jelas: pentingnya wali santri untuk mematuhi aturan pesantren. Larangan memberikan kesempatan kepada santri untuk memegang smartphone bukan hanya aturan semata, tetapi kebijakan yang dirancang demi kebaikan bersama. Melalui film ini, wali santri diharapkan lebih memahami bahwa pendidikan di pesantren membutuhkan pengorbanan, baik dari santri maupun wali santri. Dengan mematuhi aturan yang ada, wali santri turut mendukung proses pendidikan yang lebih efektif dan memberikan anak mereka kesempatan untuk tumbuh tanpa distraksi yang merusak.
Konklusi
Secara keseluruhan, Kèrèman adalah film pendek yang berhasil menyampaikan pesan-pesan edukatif secara efektif melalui narasi sederhana namun kuat. Penggambaran kehidupan pesantren yang kental, ditambah dengan konflik ringan namun relevan terkait penggunaan smartphone, menjadikan film ini sebagai alat edukasi yang sangat berguna bagi wali santri. Film ini juga berhasil menyoroti pentingnya kerja sama antara pesantren dan wali santri dalam mendidik generasi muda, terutama dalam menghadapi tantangan zaman modern yang sering kali membuat fokus anak-anak terganggu oleh teknologi.
Dengan durasi yang singkat namun padat makna, Kèrèman memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya disiplin, penghargaan terhadap orang tua, dan taat pada aturan yang dibuat demi kebaikan bersama.